Saturday 28 May 2016

Cita-Cita Atau Mimpi?

Lulus sarjana ngapain? Cari kerja? Mau kerja apa? Di mana? Bingungkan? Kenapa sih harus kerja? Gak kita ciptain lapangan kerja aja buat orang lain. Saya ingat kalimat yang sering dikatakan ayah saya dari saya SMP, kalimatnya seperti ini "Jangan punya cita-cita jadi direktur karena direktur itu masih punya atasan". Guru SMP saya juga bilang, "Cita-citalah setinggi langit biar kalau tidak kesampaian bisa pegangan ke bintang". Semenjak itu saya punya cita-cita jadi Komisaris. Setiap di tanya atau harus mengisi formulir tentang cita-cita, saya selalu menulis ingin menjadi komisaris. Ibu saya juga pernah cerita, waktu saya masih TK, setiap ditanya mau jadi apa kalau udah gede? Anak kecil lumrahnya menjawab polisi, dokter, atau presiden. Kalau saya sih jawabnya beda sendiri, saya selalu jawab "Miliader" hehe entah tau dari mana itu kata "Miliader", yang jelas ibu saya mengatakan seperti itu. Sampai-sampai teman dekat SMA saya sampai detik ini setiap bertemu saya, saya selalu dipanggil ibu komisaris. Kenapa? Bukan karena saya sekarang sudah menjadi komisaris bukan tetapi saya selalu menyelipkan pulpen di saku seragam SMA saya selayaknya seorang komisaris. Kalau sekarang sih udah gak pernah, karena gak pernah pake seragam lagi.

Lulus sarjana tahun 2014 lalu, alhamdullah saya di terima S2 di salah satu universitas negeri di Bandung jurusan Manajemen Bisnis. Keren yah manajemen bisnis, mendengar namanya saja yang terpikirkan adalah orang-orang yang berbisnis semua. Kata siapa? Saya enggak hehe pada saat itu saya belum punya bisnis. Jangankan punya merintis pun belum. Jujur saya melanjutkan study saya bukan karena ingin kemauan saya. Tetapi keinginan Ayah saya, ayah saya menginginkan saya untuk melanjutkan study S2 dari sebelum saya lulus sarjana. Waktu saya masih semester 3 S1, saya sudah diminta untuk melanjutkan study S2 tetapi saya menolak karena yaah…. Saya males mikir lagi hehe saya males untuk membuat tesis. Gambling aja sih sebenarnya pada saat itu, saya daftar S2 H-2 pendaftaran di tutup, belum lagi untuk menlanjutkan S2 itu saya harus mendapatkan surat rekomdansi dari dosen yang bergelar minimal Dr. atau lulusan S3. Pasrah saja deh, kalau memang saya diterima di S2 berarti saya akan mengikuti kemauan ayah saya dan membuang keinginan saya untuk melakukan hal yang saya inginkan, tetapi apabila saya tidak diterima di S2 ayah saya menyerah hehe saya boleh melakukan hal yang saya inginkan.

Saya tahu pengumuman itu di buka 2 hari lagi, tetapi teman S1 saya di grup line mengatakan "Jey kamu daftar S2? Selamat yah jadi mahasiswa pasca euy". Jey itu panggilan saya, entah dari mana asalnya nama panggilan itu, yang saya tau ketika saya ospek S1, saya sering dipanggil Jeynudin (teroris), pelaku bom Bali. Mungkin karena saya sering tidak mengikuti peraturan yang diterapkan senior pada saat itu, entahlah. Oke lah mulailah petualangan saya di dunia S2. Teman-teman saya sekelas kebanyakan punya bisnis semua, termasuk teman dekat saya dia punya bisnis juga malah sudah kirim ke Singapore. Kerenkan? Kuliahnya pun lebih kearah punya bisnis. Orang tua saya pun sebenernya pebisnis juga. Mungkin karena saya berada di lingkungan para pebisnis yang hebat, saya mulai tertarik ingin membuka binsis juga. Tapi apa yaaah bisnisnya, belum kepikiran.

Saya buka-buka Instagram, karena pada waktu itu Instagram sedang booming, online shop menggunakan platform inipun sedang HOT HOT nya. Dari sana saya berpikir, kenapa saya gak ikut jual online aja yah di Instagram, tapi jual apa. Tas iya jual tas, saya gak tau sama sekali fashion baju, celana, apalagi hijab saya gak pake kerudung. Saya lebih sering beli tas ketimbang beli baju atau celana. Jadi ya sudahlah saya putuskan untuk berjualan tas. Orang tua saya sebenarnya kurang setuju ketika saya berniat ingin membuat bisnis, karena takut kuliah S2 saya terbengkalai katanya, dan mereka gak percaya juga sebenarnya takutnya saya angin-anginan pengen buka bisnis tuh. Ayah saya pun tidak mau memberi modal, dia bilang kalau mau bisnis pake uang sendiri, biar tau rasanya dari nol. Walaupun demikian saya tak pantang arang, saya tetap melanjutkan niat saya untuk membuka bisnis. Dari mulai mencari barang, tanya sama yang sudah berpengalaman bagaimana cara menjual online A B C D E F G H J sampai Z pokoknya saya cari tahu All About Online Shop. Maret 2015 berdirilah Online Shop bernama My Elbisi. Apa itu My Elbisi? baca artikel selanjutnya yah.


4 comments: